Minggu, Juni 26, 2011

Mari Peduli sanitasi Sekolah

Sekolah merupakan tempat berkumpulnya siswa dan warga sekolah dalam kegiatan proses belajar mengajar. Sebagian besar waktu anak-anak dihabiskan di lingkungan sekolah untuk mencari ilmu guna bekal di masa depan. Oleh karenanya lingkungan sekolah yang aman , nyaman daan sehat sangat diperlukan untuk mendukung proses belajar mengajar.
Fasilitas Sanitasi sekolah yang meliputi Air bersih, Toilet (Kamar mandi, WC dan Urinoir), sarana Pembuangan Air Limbah, Sarana pembuangan Sampah dan Pengendalian Vektor di lingkungan sekolah perlu mendapatkan perhatian . Fasilitas Sanitasi atau kesehatan lingkungan yang tidak memadai merupakan faktor risiko terjadinya berbagai gangguan kesehatan termasuk kecelakaan dan berbagai penyakit berbasis lingkungan seperti diare, DBD, ISPA,dll.
Hasil identifikasi faktor risiko kesehatan di 240 SD/MI di 15 Kab/Kota di Jawa Tengah pada 2011, menunjukan 70% fasilitas sanitasi sekolah kurang memadai terutama sekolah dasar di pedesaan. Kondisi KM/WC jauh dari kesan bersih masih banyak ditemukan, Kantin sekolah yang kurang memenuhi syarat demikian juga dengan pengelolaan sampah.

Disamping kondisi yang kurang terawat, proporsi ketersediaan dibanding jumlah siswa sebagian besar tidak memenuhi syarat ( 1 KM/WC = 40 siswi , 1 KM/WC : 25 siswa)
Kondisi sanitasi yang buruk di sekolah, merupakan faktor risiko yang mengancam kesehatan anak didik khususnya dan warga sekolah pada umumnya.

Selain fasilitas sanitasi yang buruk, kondisi bangunan di beberapa sekolah juga sangat memprihatinkan, tidak layak untuk proses belajar mengajar serta rawan terjadi kecelakaan.

Sanitasi merupakan urusan kita bersama. Peran Pemerintah hanyalah sebagai fasilitator. Untuk dapat menumbuhkan budaya peduli sanitasi dan hidup sehat harus digelakkan di berbagai sektor terutama bidang pendidikan, dan ini harus dimulai dari pendidikan yang paling dasar
Kepedulian sanitasi perlu melibatkan kerjasama yang baik antara pemerintah, dunia usaha, media massa dan masyarakat. Masyarakat lebih menyadari pentingnya pembangunan sanitasi yang lebih baik dan pentingnya menerapkan perilaku Hidup Bersih dan sehat.
Untuk itu seyogyanya acara reuni atau temu alumnus, diisi pula dengan aksi peduli sanitasi sekolah, tidak hanya sekedar kangen-kangen dan berbagi cerita kesuksesan para aalumnus


Dewi K
Fungsional Khusus epidemiologi

Selasa, Juni 21, 2011

Lingkungan Bebas Tai, Ngising Sing Panthongan


Demikian harapan Kepala Desa Pagentan Bapak Ahmad Salabi dengan kegiatan CLTS pada Program Pamsimas. Selama 6 bulan setelah dilakukan pemicuan/Community Led Total Sanitation (CLTS), Desa Pagentan terjadi peningkatan jumlah masyarakat yang buang air besar pada tempatnya atau telah stop buang air besar di sembarang tempat. Bahkan peningkatan ini tidak hanya akses melainkan pada jumlah sarana jamban yang dimiliki masyarakatnya.
Desa PAGENTAN terletak di Kecamatan Pagentan, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah, Luas Wilayah : 369,065 Ha, Topografi : 981 m DPL ( Derah Pegunungan ), Jumlah Penduduk : 5.069 (L : 2.569, P : 2.500), Jumlh KK : 1.127. Desa ini mendapat program Pamsimas 2010.

Menurut Kepala desa Pagentan Ahmad Salabi, selama mengikuti pelatihan CLTS merasa tidak tertarik , ragu, pesimis terhadap program Pamsimas. Apa itu CLTS, apakah masyarakat saya bisa berubah prilakunya ? selama pelatihan akhirnya saya merenung, apa artinya keberadaan saya ditempat ini “ katanya. Akhirnya saya mulai tertarik dalam proses pelatihan CLTS yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara yang difasilitasi oleh Bapak Imam Subarkah Cs.
Satu hari sebelum pentupan saya tergerak dalam pikiran, kalau saya tidak memulai bagaimana masyarakat desa saya ? apakah masih BAB di sembarang tempat selamanya, saya harus bangkit “ katanya.
Kemudian bersama istri membuat jamban dengan mempersiapkan material. Itulah awal perjuangan kepala desa Pagentan Ahmad Salabi memulai perjuangannya. Hambatan demi hambatan telah dilaluinya seperti : Kesulitan mencari waktu yg tepat untuk mengumpulkan masyarakat, Kondisi cuaca yang kadang tidak mendukung, peserta pemicuan sebagian besar Perempuan, padahal pengambil keputusan dalam rumah tangga adalah laki-laki.Hambatan terberat adalah masyakat desa Pagentan cakupan desa untuk buang air besar di sembarang tempat adalah 0% sedangkan tingkat dusun 3%. Kondisi yang demikian menjadi tantangan bagi Ahmad Salabi beserta istri untul menyadarkan masyarakat desa Pagentan, melalui kerjasama dengan Tim fasilitator, Lembaga Keswadayaan Masyarakat, Sanitarian dan bidan desa secara rutin mengadakan pemicuan perubahan prilaku. Tokoh formal (perangkat, RT, RW, BPD, LP3M), tokoh Informal (ulama dan tokoh masyarakat lainnya) memberi dukungan program : memberi contoh membuat jamban, membongkar jamban kolam miliknya, ulama menyisipkan pesan CLTS pada saat pengajian, khotbah jumat, BPD mengkampanyekan secara intens, Mendorong warga membuat kesepakatan tertulis bahwa penerima air Pamsimas harus membuat jamban.

Hasil kunjungan Bank Dunia beberapa waktu silam ditindaklanjuti dengan menjadikan Desa Pagentan percontohan perubahan perilaku sehingga pada tanggal 16 Juni 2011, Tim Konsultan Pamsimas Pusat dan Kementerian Kesehatan yang didampingi Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara mengadakan Lesson Learned di Desa Pagentan. Bapak Salabi mempunyai keinginan untuk mendeklarasikan Desa Stop Buang Air Besar Sembarangan dengan dihadiri Kepada Daerah , Kementerian pelaku Pamsimas, Bank Dunia, Para Camat dan Kepala Desa di Banjarnegara. Selamat untuk desa Pagentan semoga perubahan perilaku dalam menuju masyarakat yang sehat dapat terwujud.

LINGKUNGAN BEBAS TAI, NGISING SING PANTHONGAN (Lingkungan bebas dari tinja, Buang air besar yang benar/pada tempatnya)
Wenang Triatmo
*Fungsional Umum Seksi Penyehatan Lingkungan
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

Jumat, Juni 17, 2011

Rp 50 Juta untuk Desa yang telah Stop BAB Sembarangan




Bupati Rembang H. Moch. Salim 15 Juni 2011 memberikan penghargaan kepada dua desa yang telah menyatakan warganya stop buang air besar di sembarang tempat atau masyarakatnya telah buang air besar di jamban dengan memberikan prasasti dan bantuan perbaikan lingkungan sebesar Rp 50 Juta. Hal ini diberikan sebagai bentuk kepedulian Pemda terhadap masyarakatnya yang telah berhasil mengukir prestasi untuk mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat serta mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat. Dua desa tersebut adalah Desa Dowan Kecamatan Gunem dan Desa Jatimudo Kecamatan Sulang. Kedua desa merupakan dampingan Plan Indonesia unit Rembang dan Pamsimas yang bermitra dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang. Pemberian ini dilakukan dalam acara yang cukup meriah bertempat di halaman SD Negeri Dowan, dihadiri oleh Bupati dan Wakil Bupati Rembang, Para Kepala SKPD Rembang yang terkait dengan air minum dan penyehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Para Camat , Kepala Puskesmas, Para Lurah, Forum Anak Desa, dan undangan lainnya.
Salah satu syarat untuk dinyatakan bebas dari buang air besar sembarangan adalah partisipasi penuh berupa swadaya masyarakat tanpa subsidi. Hal ini antara lain dibuktikan oleh desa Dowan yang berinisiatif menerbitkan peraturan desa mengenai sanitasi total berbasis masyarakat.
Target utama program bukanlah berupa jamban yang terbangun secara kuantitatif melainkan lebih kepada terjadinya perubahan perilaku hidup masyarakat karena itulah kunci untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pada acara tersebut dihibur dengan pentas drama yang dilakukan oleh Foum Anak Desa, mengambil tema Goro goro Buang air besar sembarangan.Bagus, luwes dan kocak serta menghibur.
Acara ini merupakan kerjasama Pemerintah Kabupaten Rembang, Plan Rembang dan Pokja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Kabupaten Rembang.